cinta kita laksana samudera angkasabegitu luas tak terbatas
"akulah samudera hatimu, tempat dimana kau mengarungi bahtera perjalananmu, elemen yang akan menyembuhkan segala rasa sakitmu. akulah samudera hatimu." ~ Samuel A. Fatih
Udara dingin masih menusuk tulangku pagi ini. Bau tanah bekas hujan tadi malam, daun gugur berserakan yang ditiup angin, dan sinar mentari yang menyusup lewat celah-celah sempit di antara dedaunan di ranting. Ini masih jam enam pagi, tapi di kota ini langit sudah sangat terang layaknya jam 7 di kampung halamanku. Tinggal satu tahun lagi, hanya tinggal satu tahun lagi hidupku di kota ini akan selesai. Ini sudah tahun ketiga masa kuliahku, aku harus lulus tahun depan agar aku dapat pulang. Karena setiap perantauan sejatinya hanya untuk kembali ke kampung halaman.
"Sam! Tugas kemarin sudah?" temanku menyapa pagi ini dengan muka bantalnya.
"Sudah, tapi nanti dulu ya. Ada yang masih ingin aku perbaiki dulu, tadi ndak sempat soalnya aku terburu-buru." balasku.
Celana jeans hitam masih menjadi ciri khasku. Kemeja panjang berbalut kardigan abu-abu rasanya cukup untuk menghangatkanku dari udara dingin hari ini. Aku bukan mahasiswa yang populer, aku tidak cukup tampan dan keren untuk laki-laki seusiaku. Gaya berpakaianku juga tidak cukup up to date dibanding teman-temanku. Tapi teman-temanku tahu sedikit banyak ada beberapa adik tingkat yang mengagumi pribadiku.
***
"Mas Sam, kami mau mengingatkan besok mas mengisi materi jam delapan pagi." pagi ini sms seperti ini sudah masuk menambah daftar pesan dalam ponselku. Meski tak cukup populer dengan penampilanku, tapi alhamdulillah aku masih bisa berbagi ilmu dengan mereka yang terinspirasi dengan tulisan dan aktivitasku. Mungkin ini yang membuat teman-temanku heran, mengapa tidak kupilih saja satu di antara adik tingkatku untuk menemani keseharianku? ya, menjadi seorang kekasih. Tidak, aku tak punya cukup waktu untuk mengurusi hal seperti ini. Terlebih lagi, aku takut membuat Tuhan cemburu dengan pilihan seperti itu. Meski tak dapat ku pungkiri, ada sesosok gadis berkerudung panjang yang telah memanusiakanku. Menumbuhkan perasaan yang fitrah di hati manusia.
lanjutkan membaca »
lanjutkan membaca »
Dia begitu anggun dalam kesederhanaannya, begitu santun dalam setiap tutur katanya, dan begitu teguh dalam pendiriannya. Tak banyak lelaki memandang ke arahnya, mungkin hanya mereka yang melihat dirinya sama seperti aku melihatnya. Jika aku dapat meminta jodohku kelak di masa depan kepada Tuhan, mungkin aku akan meminta agar dia yang Tuhan pilihkan untukku. Aku baru sekali melihatnya, ya baru sekali, tapi aku telah jatuh cinta. Aku begitu ingin mencari tahu tentang dirinya, tapi aku takut. Aku takut Tuhan cemburu karena aku terlalu peduli dengan makhlukNya.
Dua tahun yang lalu di pinggir jalan raya, aku melihatnya menengok ke arah kiri dan kanan. Dia menyeberang begitu berhati-hati, namun anehnya ia kembali saat ia telah sampai di seberang. Aku pun bertanya-tanya mengapa ia kembali, apakah ia melupakan sesuatu? Tidak, dan aku pun tercengang saat itu juga. Dia kembali hanya untuk membantu seorang nenek yang terlihat sangat rapuh, begitu takut untuk berjalan melewati puluhan kendaraan yang tak tahu aturan. Duniaku terasa berhenti lama untuk sejenak, lalu tanpa kusadari kakiku telah berlari menuju ke arahnya. Kuraih tangan nenek itu di sisi yang berlawanan darinya. Membantunya menopang nenek hingga sampai di tujuan. Tak sempat berkenalan, aku sudah terlanjur meninggalkan dia dan nenek itu setelah mengucap salam. Mungkin Tuhan merencanakan pertemuan itu, pertemuanku dengannya dua tahun yang lalu. Sosoknya begitu luar biasa, melihatnya mampu menciptakan sejuta angan, membuat diri mengingat kebesaran Tuhan. Aku tak tahu siapa namanya, aku hanya dapat memanggilnya dalam hati dengan nama "Angkasa", seperti langit indah yang menenangkan.
***
"kaulah angkasa hatiku, tempat dimana aku akan menggantungkan sebuah harapan kepada Tuhan, berangan-angan tentang sebuah kesempurnaan. kaulah angkasa hatiku." ~ Samuel A. Fatih kepada Angkasa
"kaulah angkasa hatiku, tempat dimana aku akan menggantungkan sebuah harapan kepada Tuhan, berangan-angan tentang sebuah kesempurnaan. kaulah angkasa hatiku." ~ Samuel A. Fatih kepada Angkasa
~ bersambung
0 comments:
Post a Comment